Setiap tanggal 21 April, kita mengenang ikon emansipasi perempuan Indonesia Raden Adjeng Kartini sambil menyanyikan lagu �Ibu Kita Kartini� ciptaan Wage Rudolf Supratman, yang pertama kali diperdengarkan pada saat Kongres Wanita Indonesia pada 22 Desember 1929. Pada 1964, Presiden Sukarno menetapkan R.A. Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, melalui Keputusan Presiden Republik I…
Buku ini menceritakan pengalaman Nurbaiti, seorang Perempuan Minangkabau, yang lahir tahun 1918 di Supayang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Kisah ini berlangsung di Solok. Padang Panjang, Jakarta, Surakarta (Solo), Padang, dan Bandung, melalui jaman penjajahan Belanda, Jepang, dan masa Kemerdekaan. Diceritakan berbagai masalah yang dihadapi oleh keluarga Nurbaiti, dan bagaimana ia menyelesaik…
Indeks hlm 529-543 Daftar Pustaka hlm 495-502
Hingga hari ini, kita bisa melihat dengan jelas jasa Raden Ajeng Kartini yang luar biasa. Para perempuan bisa mengenyam pendidikan dengan mudah, bisa menduduki posisi penting dalam pekerjaan atau perusahaan, menjadi menteri, bahkan menjadi presiden. Selain itu, secara tidak langsung, segala pekerjaan tidak lagi berdasarkan jenis kelamin. Kini tidak hanya ibu rumah tangga yang kita kenal, bapak …
Bagi banyak pengagumnya, Tan Malaka adalah sosok yang menawan, seseorang yang sangat berbeda dan hanya dapat disamakan dengan tokoh-tokoh dari masa silam: para pahlawan, orang bijak dalam cerita rakyat Indonesia, atau para revolusioner dan filsuf kejayaan Barat. Ia tampak memadukan romantisme seorang “Fajar Merah Indonesia” dengan ketajaman intelektual dan disiplin organisasi dari sang revo…
Bukan sekadar proklamator, sosok Sukarno mampu menginspirasi seluruh dunia. Ia mampu menggerakkan massa dan mengobarkan semangat rakyat dengan karisma berpidatonya, memberi solusi saat rakyat mengalami kesulitan, berbahaya bagi para penjajah, serta tidak takut dibui, diasingkan, hingga dibuang, bahkan rela menanggung derita demi menghindari perang saudara. Ia tidak gentar menghadapi kenyataan h…
Kita hanya memiliki Pramoedya Ananta Toer. Setelah dia, tidak ada lagi. Karya-karyanya pilih tanding. Bahkan catatan, foto, atau video akan merasa takluk pada ketajaman pena Pram dalam menggambarkan latar kehidupan era kolonial. Siapa pun yang ingin “merasakan” hidup pada masa penjajahan, bacalah karya Pram—dan, sayangnya, ini adalah satu-satunya. Hidupnya yang dipenuhi oleh pergolakan…
Buku ini menceritakan perjalanan "singkat" Prof. dr. lwan Dwiprahasto, M.Med.Sc.Pharm. Ph.D. yang ditulis dari sudut pandang Adi Utarini, sang istri. Pandemi telah merenggut hidupnya. Kerinduan Uut, nama akrab Adi Utarini, yang mendalam kepada sosok Prof. lwan ini telah menguatkannya menyusun biografi sang suami, sahabat, kolega sekaligus Guru Kehidupannya. Menulis buku ini memang penuh perg…