keasingan menanam sajakku di sini bersama zikirmu yang kesturi hari tak mau berlalu merasakan nyawanya sendiri yang tak pernah luka kuseret hiroshima ke mari bom yang berkaki menuliskan duri di ubun bumi semua, semua menjadi sampah tangis pun menjadi nanah ---------- titian bergerak meninggalkan sungai air pun terisak membelah batu
Lewat beribu musim, lagumu bertahan pada lambaian anak di ladang Sajak pulang teringat kandang Kalau matahari ganas ada angin yang menyabarkannya Karena antara api dan air dalam jiwa tak terpisahkan Maka itu aku berdendang mengelus pucuk sampai ke akar Kalau lelap kepundan atas lautan Damai di bawah siwalan. Tidurlah! Jangan berbantal masa depan. Dan ke harum jerami aku pun pulang